Nasib Bisnis Internasional dan Nasional di tengah Pandemi COVID-19



COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Virus Corona ini dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, pneumonia akut, sampai kematian. Virus corona atau COVID-19 menyebar pertama kali di Wuhan Ibu Kota Provinsi Hubei, Cina pada Desember 2019. Kota Wuhan yang memiliki 11 juta jiwa penduduk tersebut dikarantina dengan ketat pada 23 Januari 2020 lalu. Sehingga menyebabkan lebih dari 40 juta orang di Provinsi Hubei tak bisa kemana-mana karena wilayah tersebut berstatus lockdown beberapa hari kemudian. Hingga saat ini, 26 maret 2020 menurut data Worldometers, sebanyak 198 negara/wilayah yang telah mengonfirmasi kasus positif COVID-19. Sementara, angka kasusnya tercatat 467.520 kasus yang terkonfirmasi, dengan 21.174 orang meninggal dunia, dan 113.808 pasien sembuh.
Dengan semakin meningkatnya jumlah pertumbuhan virus corona, berpengaruh terhadap hampir semua sector terutama pada sector ekonomi yang dampak nya begitu terasa seperti pariwisata, manufaktur, perdagangan, serta transportasi. Menurut  IMF (International Monetary Fund) memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi global dipastikan akan negative akibat dampak dari COVID-19 ini. Salah satu yang sector bisnis yang paling terdampak COVID-19 ini adalah pada sector penerbangan, dimana masyarakat enggan berpergian sehingga mnyebabkan jumlah penerbangan yang turun drastis.
Dampak Covid-19 pada Dunia Penerbangan - Parameter - koran.tempo.co
https://koran.tempo.co


Di Indonesia sendiri sampai saat ini sudah di temukan 893 kasus positif COVID-19 dengan 35 pasien sembuh serta 78 lainnya meninggal dunia. Tentu dengan semakin bertambahnya jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia. Membuat WHO (World Healty Organization) menyurati Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan kewaspadaan Indonesia dalam menghadapi pandemi virus corona jenis baru COVID-19, Untuk itu pemerintah melakukan langkah untuk memutus mata rantai dari penyebaran COVID-19 ini dengan melakukan social distancing dengan harapan dapat menekan angka jumlah penyebaran COVID-19. Social Distancing itu sendiri merupakan ‘pembatasan sosial’ adalah menghindari tempat umum, menjauhi keramaian, dan menjaga jarak optimal 2 meter dari orang lain.
Dengan adanya COVID-19 ini tentu membawa dampak yang begitu besar bagi perkonomian Indonesia. Dampak dari COVID-19 ini mulai terasa di berbagai kalangan dan terutama di kota-kota besar Indonesia seperti Ibu Kota Jakarta, dimana pemerintah daerah menghimbau untuk melakukan penutupan sementara tempat hiburan dan rekreasi.  
Sector ekspor-impor pun menjadi salah satu sector yang paling terkena dampak dari COVID-19 dimana China merupakan negara ekportir terbesar di dunia, serta China juga merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia karena salah satunya Indonesia cukup sering melakukan kegiatan ekpor-impor dengan China. Penurunan permintaan bahan mentah dari China seperti batu bara dan kelapa sawit akan mengganggu sektor ekspor di Indonesia yang dapat menyebabkan penurunan harga komoditas dan barang tambang.
Selain pada sector ekspor-impor dampak dari COVID-19 ini sendiri juga dirasakan pada online dimana para pengemudi ojek online mulai mengeluh dikarenakan mulai sepinya penumpang akibat dari social distancing yang dilakukan Indonesia sebagai pencegahan penyebaran COVID-19 tersebut, yang mengharuskan masyarakat melakukan aktivitas di rumah, baik untuk bekerja maupun bersekolah.
Selain itu, sector pariwisata juga mendapatkan dampak yang paling signifikan karena menurunnya jumlah wisatawan baik domestic maupun mancanegara yang datang untuk berlibur dikarenakan penyebaran COVID-19 ini. Masyarakat enggan untuk berpergian dikarenakan takut tertular COVID-19 ini. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memprediksi ada potensi kehilangan devisa dari sektor pariwisata senilai US$530 juta. Sementara itu, BI memperkirakan penerimaan devisa dari pariwisata akan menurun hingga US$1,3 miliar. Dari penilaian BI (Bank Indonesia), kunjungan turis dapat turun dalam enam bulan ke depan. Sektor-sektor penujuang pariwisata juga terksena dampak dari COVID-19 ini, seperti hotel, restoran, maupun pada UMKM. Sepinya wisatawan berdampak terhadap beberapa hotel khususnya yang berada di dekat tempat wisata karena sebagian konsumennya merupakan para wisatwan. Sama hal nya pada restoran atau rumah makan yang sebagian besara konsumennya pun merupakan para wisatawan yang berlibur. Pada usaha mikro kecil menengah (UMKM) penyebaran COVID-19 menyebabkan penurunan omzet penjualan karena wisatawan yang datang ke tempat wisata berkurang biasanya akan membeli oleh-oleh, tetapi karena hal ini para wisatawan yang berkunjung mulai berkurang sehingga menyebabkan omzet penjualan mereka menurun.



Referensi








Komentar

Postingan Populer